5 Alat Musik Tradisional Di Jepang

Februari 23, 2023 Off By Rachel

Sejak zaman kuno, berbagai jenis instrumen telah berperan dalam sejarah musik Jepang. Sayangnya, saat ini, rata-rata orang jarang mendapat kesempatan untuk melihat atau mendengarkannya kecuali pada acara-acara khusus, termasuk konser tradisional, resital, festival, dan acara musiman lainnya.

Sementara jumlah orang yang memainkan alat musik tradisional ini telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, suara yang unik dan indah masih memesona banyak orang dan semakin populer di luar negeri. Apa saja alat musik tradisional Jepang yang terkenal? Bagaimana Anda bisa tahu perbedaan di antara mereka? Kami siap membantu Anda dengan daftar alat musik tradisional Jepang ini!

1. Koto

Koto adalah harpa Jepang dan memiliki sejarah panjang. Ini awalnya ditemukan di Cina dan kemudian diperkenalkan di Jepang selama abad ke-7 atau ke-8. Sebuah koto tradisional terdiri dari badan utama kayu panjang dengan tiga belas tali yang melekat padanya.

Koto dimainkan dengan menggunakan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah tangan kanan Anda, dengan jari-jari yang ditutupi oleh tusuk jari gading yang disebut tsume (爪). Tusuk jari ini membantu Anda memetik senar secara akurat untuk menghasilkan suara indah yang mirip dengan harpa barat. Koto biasanya diletakkan secara horizontal di lantai, dan pemain koto berlutut di sampingnya, duduk dalam posisi yang disebut seiza (正座) saat bermain.

2. Shamisen

Shamisen mungkin adalah salah satu alat musik tradisional Jepang yang paling terkenal. Beberapa percaya bahwa shamisen awalnya ditemukan di Cina dan disebut sangen (三弦). Selama akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15 diperkenalkan dari Tiongkok ke Prefektur Okinawa, dan penduduk setempat mulai menyebutnya sanshin (三線).

Sanshin dimainkan pada upacara khusus yang diadakan di istana Kerajaan Ryukyu yang secara independen memerintah Okinawa dari awal abad ke-15 hingga abad ke-19. Bahkan saat ini, sanshin sangat penting bagi budaya Okinawa dan musik rakyatnya. Pada abad ke-16 sanshin menjadi populer di seluruh Jepang dan dikenal sebagai shamisen (三味線).

Meskipun sanshin dan shamisen memiliki bentuk dan fitur lain yang serupa, ada sedikit perbedaan di antara keduanya yang sulit dikenali oleh orang yang belum tahu. Sanshin biasanya lebih kecil dari shamisen, dan badan kayunya sering ditutupi kulit ular. Shamisen, di sisi lain, memiliki tubuh besar yang biasanya ditutupi kulit anjing atau kucing, atau terkadang kulit sintetis, bukan kulit ular.

Saat memainkan sanshin, pemain menggunakan jari mereka (terkadang dengan tusuk jari) untuk memetik senar. Namun, shamisen dimainkan menggunakan plektrum kayu yang disebut bachi (バチ) untuk memukul senarnya.

3. Biwa

Biwa adalah kecapi berleher pendek Jepang yang telah dimainkan selama berabad-abad, tidak hanya di Jepang tetapi juga di negara-negara Asia lainnya. Diyakini bahwa biwa berasal dari Tiongkok kuno dan menyebar ke seluruh Asia, termasuk Jepang, selama periode Nara (710 -794).

Pada periode Heian (794-1192), biwa menjadi populer di kalangan biksu buta yang mengembara ke seluruh negeri. Mereka adalah artis keliling yang disebut Biwa Hoshi (琵琶法師), dan mereka menghasilkan uang dengan tampil dan memikat orang dengan keterampilan biwa mereka.

Secara tradisional, biwa terdiri dari empat atau lima dawai dengan ketebalan berbeda. Senar dipasang pada badan kayu, dan pemain dapat menghasilkan berbagai jenis suara dengan memetik setiap senar dengan plektrum kayu besar.

4. Taiko

Taiko adalah drum tradisional Jepang dengan sejarah panjang sejak zaman Jomon (14.000 – 300 SM). Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa taiko tidak hanya digunakan sebagai alat musik, tetapi juga sebagai alat komunikasi. Orang jepang yang tinggal di indonesia juga sering bermain judi online di website maxbet.top yang sudah terbukti terpercaya.

Pada zaman dahulu, orang Jepang menggunakan taiko untuk berkomunikasi satu sama lain maupun dengan nenek moyang mereka pada ritual-ritual khusus. Saat ini, ada beragam taiko Jepang dalam berbagai ukuran, bentuk, dan warna yang digunakan untuk berbagai keperluan. Anda dapat menikmati pertunjukan taiko yang menakjubkan di festival musim panas, acara musiman, dan ritual keagamaan di wihara dan kuil di seluruh Jepang.

Permainan drum Taiko secara tradisional dilakukan dengan dua stik drum kayu yang disebut bachi (バチ) yang digunakan oleh para musisi untuk memukul drum. Suara taiko sangat sederhana, namun bertenaga, dan menambah ritme yang bagus untuk semua jenis musik atau lagu.

5. Shakuhachi

Shakuhachi adalah seruling tradisional Jepang yang terbuat dari bambu. Itu berasal dari sejenis seruling bambu Cina yang ditemukan oleh seorang biksu Buddha dan mencapai Jepang pada akhir abad ke-7. Selama waktu itu, shakuhachi digunakan untuk gagaku (雅楽), musik yang secara tradisional dipertunjukkan di istana kekaisaran.

Shakuhachi memiliki lima lubang jari (empat lubang di depan dan satu di belakang), dan pemain menutupi lubang tersebut dengan jari mereka untuk menghasilkan suara yang berbeda. Berbeda dengan seruling barat, shakuhachi dipegang secara vertikal saat dimainkan. Shinobue (篠笛) adalah jenis seruling bambu lain yang sangat mirip dengan shakuhachi. Shinobue memiliki lebih banyak lubang jari (biasanya tujuh) dan dimainkan secara horizontal seperti seruling barat.

Baca juga : Alat Musik Tradisional Korea